HALLO JAKARTA - Hari lebaran 1443 H diramaikan dengan obrolan publik hal Presiden Jokowi tidak di Jakarta pada tanggal 1 Syawal. Padahal pada malam 1 Syawal dan tanggal 1 Syawal tradisinya Presiden harus di Jakarta, untuk:
1. Di malam takbiran menyampaikan pidato menyambut Idul Fitri setelah pengumuman hari jatuhnya Idul Fitri. Yang sekarang,
Presiden sampaikan pidato dari Solo.
2. Pada 1 Syawal setelah shalat Ied bertempat di Istana Negara Presiden menerima ucapan selamat lebaran dari para menteri, anggota lembaga tinggi Negara dan korpss diplomatik.
Pada 1 Syawal tahun ini Presiden melakukan pertemuan dengan Sultan HB X di Jogjakarta.
Tentu saja bagi Presiden pertemuan ini sangat penting. Orang banyak mengaitkan dengan pernyataan Anggota DPR Masinton Pasaribu F-PDIP yang keras tak kira-kira tertuju Menko Luhut.
Mestinya buzzer menangkis pernyataan Masinton, tapi nyatanya buzzer membisu. Apakah pernyataan Masinton pribadi? Mungkin tidak.
Berita jpnn.com 7/5/2022 tentang Menko Luhut Binsar Panjaitan dan Penglima TNI ada di Bali tgl 6/5/2022 periksa persiapan G20 yang masih setengah tahun lagi. Sementara itu Presiden Jokowi masih di Bali setelah dari Solo dan Jogja.
Kalau ini sebuah inner struggle within the power system ini namanya revolusi Istana, untuk membedakan perubahan kekuasaan yang melibatkan aksi massa.
Tapi di era modern hampir tidak ada revolusi Istana. Yang paling mutakhir perubahan politik Pakistan. Yang berbuntut seluruh handai taulan dan sanak famili ex PM Imran Khan meninggalkan Pakistan, dan Imran sendiri terancam masuk jail.
Bisa saja terjadi revolusi Istana dan revolusi rakyat paralel. Paralel rel KA, keduanya tidak pernah bertemu. Kalau bertemu niscaya KA terbalik.
Artikel Terkait
Model Perubahan Politik di Negara-negara PSI
Di Bulan Puasa Proses Perubahan Politik Bermula
Perubahan Tanpa Darah