HALLO JAKARTA - PERJUANGAN pertama peserta Khalwat KH Buya Syakur Yasin bagi yang awal dan baru mengikuti pasti diliputi perasaan tidak menentu. Antara keyakinan diri bahwa ini adalah perjuangan ibadah dan kegalauan hati atas kemampuan untuk mengikuti rutinitas yang bakal dilalui berhari-hari di hutan yang belum dikenalnya.
Menuju lokasi Khalwat KH Buya Syakur Yasin, Alas Sukatani, Desa Cikawung, Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tidak mudah untuk bisa ditempuh. Dengan jarak kurang lebih 4 kilometer dari jalan raya dan tidak ada angkutan umum menuju ke sana, kecuali dengan kendaraan pribadi atau numpang kepada peserta lainnya yang berkendara.
Setelah melalui jalan yang berkelok dan terjal. Dengan kondisi jalan tanah yang sedikit diperkeras dengan bebatuan. Di sekeliling jalan menuju lokasi Khalwat KH Buya Syakur Yasin, kanan kiri dipenuhi rimbunnya belantara pepohonan hutan jati dan ladang milik petani, sebuah pemandangan yang tentu saja mengerikan bagi yang tidak terbiasa melewati jalan di tengah hutan jati itu.
Di sepanjang perjalanan sangat sepi, tidak ada lalu lalang manusia atau pun kendaraan lewat. Hanya gelap dan lampu mobil sebagai penerang jalan, akhirnya sampai juga di lokasi Khalwat KH Buya Syakur Yasin.
Hal ini ditandai dengan adanya spanduk di ujung jalan yang membentang di antara dua pohon jati dengan tulisan "Selamat Datang Peserta Khalwat ke -32", Majelis Khalwat Buya Syakur. Kegundahan akan jarak yang telah ditempuh pun terobati, perjalanan telah sampai pada tempat yang dituju.
Mungkin puluhan pohon yang terpaksa ditebang untuk bisa memberi ruang bagi peruntukan fasilitas Khalwat KH Buya Syakur Yasin. Seperti aula untuk rutinitas istighasah, dapur umum, kamar mandi dan bangunan tempat istirahat kyai, sehingga kalau di siang hari tidak tampak seramnya hutan yang ada dalam bayangan.

Di sekeliling tempat lokasi khalwat dengan luas lahan dua hektar itu terdapat dua sungai yang melintasi area khalwat. Salah satunya sewaktu-waktu bisa mendatangkan banjir bandang kiriman dari hutan sebelah, karena limpahan air dari hulu. Bahkan konon dua tahun sebelumnya beberapa peserta khalwat pernah merasakan banjir yang tiba-tiba datang dan menghanyutkan tenda-tenda mereka.
Baca Juga: Perodua Malaysia Masters 2023: Ini Daftar Pemain Unggulan Babak Utama dan Kualifikasi
Selebihnya di lokasi ini terdapat tenda-tenda dan gubuk-gubuk peserta yang dibangun dengan asal-asalan. Karena memang hanya diperuntukkan selama masa khalwat saja dan setelahnya harus dibongkar kembali sebab memang bukan tanah kapling peruntukan pribadi.
Selama masih di lokasi peserta diberikan kebebasan untuk memilih tempat membuat tenda atau gubuk sebagai tempat 'pertapaannya'.

Kreativitas peserta khalwat dalam membuat gubuk sangat terlihat dari bentuk yang dibuatnya. Bahkan pemilihan tempatnya juga beragam.
Artikel Terkait
Khalwat KH Buya Syakur Yasin, Menikmati Kesendirian Bersama Tuhan