HALLO JAKARTA - SELEPAS mengikuti salat isya berjemaah di aula, masih ada sedikit tanggung jawab zikiran yang belum selesai, sebagai peserta Khalwat KH Buya Syakur Yasin. Aku mencoba berjalan-jalan menyusuri gubuk-gubuk peserta sambil terus melantunkan zikir.
Sampailah di gubuk salah satu peserta yang cukup senior dalam dunia Khalwat KH Buya Syakur Yasin. Seorang yang sudah mengikuti kegiatan khalwat ini bertahun-tahun, bahkan ketika peserta masih bisa dihitung dengan jari saja.
Dia adalah bagian dari tim Khalwat KH Buya Syakur Yasin yang mencari titik-titik lokasi di hutan sekitar Indramayu dan Subang sebagai tempat lokasi khalwat.
Baca Juga: Desk Jamsos KSPSI : Kemudahan Mengakses JKN Harus Jadi Prioritas Perhatian BPJS Kesehatan
Sekadar diketahui bahwa pada awal-awal sebelum tahun 2021, lokasi tempat khalwat berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya dan selalu tidak pernah mengulangi di tempat yang sama.
"Sepertinya khalwat sekarang-sekarang ini semakin modern saja, sangat jauh dari kesederhanaan yang dulu pernah dilalui. Seperti tidak adanya penerangan listrik, makan yang hanya didapat dari apa yang ada di sekitar hutan dan sesama peserta jarang sekali bergaul dan berinteraksi karena lebih fokus pada zikirannya sendiri-sendiri di gubuknya masing-masing," jelas Ustad Imam Syafii memulai pembicaraan ketika ditanyakan tentang suasana khalwat-khalwat sebelumnya.
Memang betul apa yang dikatakannya, khalwat sekarang sangat terang benderang meski hanya di lokasi-lokasi strategis dipasang penerangan. Sementara untuk buka dan sahurpun bahan makanannya sudah dipasok dari pasar, setiap dua hari sekali dan sudah dimasakkan oleh tim dapur umum yang selalu siap melaksanakan tugasnya.
Baca Juga: Perodua Malaysia Masters 2023: Sepuluh Wakil Indonesia Menyusul Lolos ke Babak Kedua di Hari Kedua
Peserta hanya tinggal antri untuk makan di dapur umum yang selalu tersedia pada waktunya. Meskipun sangat sederhana dan apa adanya tidak seperti di warung makan yang menunya beraneka ragam.
Di sini, di tempat khalwat ini menu yang ada hanya sayur yang sesekali dijadikan urab agar peserta tidak bosan dan ikan asin. Sesekali dengan tempe, tahu atau kerupuk. Itu kalau ada donatur yang berkunjung untuk ikut membantu menambahkan menu yang ada.
Kalau kita mencoba menakar kandungan gizi untuk orang yang berpuasa, maka di lokasi khalwat ini hitungan itu tidak berlaku, buktinya mereka sehat-sehat saja.
Ini lebih baik daripada khalwat di era sebelumnya yang hanya punya menu masakan satu macam, dengan hanya sayur seadanya dan bisa dipastikan rasanya yang tidak akan ada duanya, karena pasti kurang enak dan jauh dari sedap.
Baca Juga: Kloter Pertama Jamaah Haji Embarkasi Jakarta Telah Berangkat
"Dahulu jarak antar gubuk cukup jauh bahkan tidak terlihat oleh gubuk yang lain karena tertutup oleh rimbunnya pepohonan dan semak belukar sehingga terasa kesendiriannya, juga seramnya malam yang tidak berpenerangan sama sekali" lanjut Ustad Imam Syafii.
"Bahkan suatu waktu seluruh peserta dilanda ketakutan yang sangat akibat angin kencang yang mendera lokasi khalwat disertai petir dan guntur yang terus menggelegar," kata Ustad Imam Syafii.
Artikel Terkait
Khalwat KH Buya Syakur Yasin, Menikmati Kesendirian Bersama Tuhan
Jelang Khalwat KH Buya Syakur Yasin, Begini Suasana Hutan Jati Alas Sukatani, Tempat Khalwat 40 Hari
Khalwat KH Buya Syakur Yasin, Capaian Hari Pertama yang Menentukan
Khalwat KH Buya Syakur Yasin, Kebiasaan yang Tidak Biasa